Bunga Ditepi Dermaga


Sesuatu yang aku anggap indah akan selalu kusebut bunga, aku suka dengan kata bunga. Bunga itu kuat, bunga itu mudah beradaptasi, bunga itu harum, bunga itu bermacam-macam, dan satu yang tak terlepaskan dari kata bunga ialah indah.

Cuaca kala sore itu memikat diriku untuk pergi berkeliling kota, Akupun pergi sekedar berjalan-jalan menggerakkan kaki dan menikmati pemandangan sekitar. Entah mengapa sore itu berasa nyaman bagi diriku. Ataukah ini hanya perasaanku saja yang memang tidak seperti biasanya setiap sore tak pernah ada dirumah ? Entahlah, sepertinya sore itu cukup menenangkan hati dan pikiranku.

Tiba-tiba aku teringat akan dermaga yang dulu sering aku kunjungi bersama kakekku, ia sering menceritakan berbagai hal tentang laut ketika kami berada di dermaga itu. Entah apa yang menarik pikiranku untuk pergi kesana dan entah mengapa itu seketika terbesit dalam pikiranku. Akupun sudah lama tak pergi ke dermaga itu, nampaknya aku terlalu sibuk dengan urusan orang dewasa yang aku hadapi sehingga aku lupa untuk sesekali mengenang masa kecilku.

Tanpa berpikir panjang, akupun langsung berjalan menuju dermaga itu. Selang beberapa saat berjalan kaki sekaligus berolah raga, tibalah aku di dermaga kenangan masa kecil bersama kakek. Ku coba untuk menghirup udara sekitar dan kuresapi dalam hatiku dengan membayangkan kenangan kala itu. Mashi terasa, sedikit terasa, dan tiba-tiba kenangan kala itu datang menyerangku dengan ribuan kenangan lainnya yang siap menghajar pikiranku.

Ketika sedang kunikmati kenangan yang menyerbuku, suara tangisan seorang anak terdengar lantas semua bayangan itu buyar seketika. Aku mencari sumber suara tangisan seorang anak itu, entah mengapa hatiku tegerak untuk mendekati sumber suara tangisan itu, dan ternyata yang kulihat ialah seorang anak jalanan yang kumal dan dengan baju yang acak-acakan sedang menangis dibalik drum minyak itu.

Aku dikejutkan dengan kondisi anak yang kini berada dihadapanku itu. Mulutku tak sanggup berucap kala aku melihat keadaanya itu, seketika aku tersadar dan segera kuraih  anak itu dan ku usap rambut kucelnya dengan tanganku. Berusaha untuk menenangkan, aku mulai buka percakapan dengannya "Adik kecil, kenapa menangis ?" Tanya ku padanya. Tapi bukan jawaban yang kudapat, melainkan tangisnya yang semakin menjadi jadi.......


Silahkan Baca Part II disini ya guyss. Terima Kasih sudah berkunjung.

Komentar

Postingan Populer