Bunga Ditepi Dermaga PART II


Aku merasa kebingungan dengan tangisannya yang semakin menjadi jadi. Tak tahu apa yang harus aku lakukan untuk menenangannya. Disaat aku panik dengan keadaan itu, secara perlahan tangisnya mulai mereda. Kucoba bertanya sekali lagi dengan pertanyaan yang sama, namun yang kudapat bukanlah sebuah jawaban, melainkan dia diam terpaku menghadap ke dermaga dengan tatapan kosong yang dihiasi sisa air mata isak tangisnya. Aku semakin dibuat penasaran oleh sikapnya itu.

Ini kali ketiga kuajukan pertanyaan yang sama pada anak itu, kemudian dia mulai menolehku dengan tatapan yang begitu dalam seakan penuh dengan kesedihan. Baru kali ini aku temukan seorang anak yang seperti ini. Dia, anak perempuan yang berpakaian seperti anak jalanan, namun memiliki wajah yang manis dan ayu. Hanya saja, wajah manisnya itu tertutup oleh penampilannya yang tidak karuan.

Aku terlarut dalam tatapannya hingga aku tersadar oleh sebuah ucapan yang keluar dari gadis cilik ini, "Kakak ini siapa ? Kenapa kakak melihatku seperti itu ?". Baru terhenti dari tangisnya, dia mulai cerewet seperti anak kecil pada umumnya, bertubi-tubi pertanyaan dia ajukan kepadaku dan ku jawab satu persatu pertanyaanya. "nama kakak Laila, adik siapa ? Kok menangis ? Adik habis dimarahin sama ayah ibu yaa ?" Kemudian mata gadis kecil itu mulai dibanjiri air kembali. Namun ia berusaha menahan tangisannya itu. Dalam hati aku bertanya, apakah ada yang salah dari diriku sehingga daritadi hanya membuatnya menangis ? Apakah diriku cukup menakutkan untuknya ? Aku rasa tidak.

Dia pun menjawab pertanyaanku "Aku Aini kak. Tidak,aku tidak sedang dimarahi ayah ibu, sebab mereka telah tiada kak". Aku terkejut mendengar jawabannya, ternyata bukan penampilanku yang salah dimatanya, ternyata pertanyaanku tentang kedua orang tuanyalah yang membuatnya menangis lagi. Tak kusangka, anak kecil yang masih seumuran kelas 5 SD ini ternyata sudah ditinggal kedua orang tuanya. Lalu muncul pertanyaan dalam hatiku, "Maaf ya dik, kakak tidak tau kalo ayah dan ibu sudah tiada. Terus, sekarang adik disini hidup sama siapa ?". "Aku disini tinggal dengan mbok yang berjualan disana kak." Jawab gadis kecil itu dengan menunjukkan kearah warung penjual gorengan di dekat situ.

"Siapa ibu penjual itu dik ? Bibi ? Atau saudara yang ada disini ?" Tanya diriku dengan rasa penasaran. "dia bukan bibi, bukan juga saudara aku kak. Dia yang merawatku hingga saat ini, yang aku tau, dia cuma seorang pedangang yang mengangkatku sebagai anak". Ironis sekali hidup gadis kecil ini. Tak kusangka, hidup gadis kecil ini begitu pahit dan berat untuk aku bayangkan. Aku jadi berpikir, kenapa dunia bisa sekejam ini pada dirinya ? Entahlah, dunia memanglah kejam daripada ibu tiri. Masih ada satu hal yang membingungkan bagiku, kenapa malah menangis dipinggir dermaga ini ? Kenapa ia tak membantu ibu angkatnya berjualan saja ? .....................................................


Yukkk lanjut liat bagian ketiganya disini guyssss

Komentar

Postingan Populer